Diam = Malas?

Bagi orang-orang yang belum memahami bagaimana sistem kehidupan berjalan serta bagaimana realitas terbentuk, diam dan tidak berbuat sesuatu disamakan dengan malas, atau bisa juga dikatakan tidak memiliki visi kehidupan. Manusia manusia ini dianggap tidak produktif dan perannya sangat minim dalam komunitas. Manusia yang tidak memiliki keinginan kerap juga disebut sebagai manusia yang tidak memiliki semangat hidup. Tidak ada pencapaian yang bisa dibanggakan di media sosial maupun forum forum berkumpul seperti reuni sekolah, dan lain-lain. Hidupnya dianggap membosankan. Tidak ada pencapaian kesuksesan dalam hal materi dan karier. Tidak ada foto-foto liburan di luar negeri atau tempat-tempat eksotik yang bisa dipajang di media sosial.

Namun faktanya justru berkebalikan. Bagi mereka yang telah memahami kinerja sistem kehidupan, justru sedang melakukan sebaliknya. Mereka menjalani kehidupan dengan cara alami, sesuai dengan hukum alam, tidak perlu dikejar, tidak perlu diperjuangkan. Sesuatu yang dikejar dan diperjuangkan tidak akan memiliki ujung. Akhirnya berakhir pada penderitaan. Silakan diperhatikan, tingkat stress, psikosomatis, dan depresi meningkat tajam di jaman ketika komunitas masyarakat manusia mengajarkan, "Hidup harus diperjuangkan...". Apanya yang diperjuangkan?. "Mengejar mimpi"?Mimpi seperti apa yang dikejar?

Rata-rata manusia ingin bekerja mengubah kehidupan yang sekarang karena merasa tidak puas, merasa kurang, dan menginginkan lebih. Ada juga yang bekerja karena kekhawatiran terhadap masa depan yang tidak pasti. Namun bagi orang-orang yang mengerti, tidak ada satupun tujuan yang harus dikejar. Yang dilakukan adalah MEMBENTUK REALITAS. Mimpi adalah bayangan atau visualisasi tanpa "rasa", sementara realitas adalah kenyataan yang kita jalani saat ini. Bagi mereka yang paham, realitas tidak dibentuk dengan bekerja, namun dengan cara " menjalani" dan "merasakan". Lho apa bedanya?

Bedanya, bekerja adalah usaha yang dilakukan dengan kemauan sebagai daya dorong untuk mewujudkan keinginan atau tujuan. Ini berbeda dengan konsep kinerja alam semesta sendiri. Apakah kita melihat alam semesta bekerja?Apakah matahari bekerja untuk bergerak dari timur mencapai barat? Apakah air bekerja untuk mencapai lautan? Semuanya berjalan sesuai kodrat atau takdir yang harus dijalaninya. Semua gerakan di alam semesta ada karena hukum-hukum alam yang memungkinkan itu terjadi. Air bisa mengalir mencapai lautan karena adanya kemiringan tanah dan gaya gravitasi bumi. Matahari terlihat bergerak, namun sebenarnya bumilah yang berotasi. Bumi berotasi karena adanya gerakan inti bumi. Tidak ada satupun kerja yang dilakukan. Kerja yang didorong oleh sesuatu untuk mengubah sesuatu. Namun bagi alam semesta, semuanya mengalir begitu saja berdasarkan hukumnya.

Bagi mereka yang paham, masa depan adalah masa sekarang yang belum datang. Masa depan hanyalah perubahan, dimana saat ini akan berubah kemana atau menjadi seperti apa? Saya mencoba membahasakan dengan bahasa sederhana mengenai hal ini. Ibaratkan hidup saat ini adalah sebuah adegan dalam sebuah pertunjukan drama di panggung. Setiap orang menjalani perannya sesuai skenario. Tidak ada yang berusaha berakting di luar jalur skenario. Dalam adegan ini panggung tidak hanya diisi oleh para pemeran, namun juga latar belakang yang membentuk situasi dimana adegan itu berlangsung. Contoh jika adegan ada di dalam rumah, maka ada pemeran dan latar belakang yang membentuk situasi di dalam rumah seperti tembok, jendela, perabot, pintu, dan lain-lain. Dan ketika adegan harus berganti menjadi sebuah adegan di dalam hutan, apa yang terjadi?Para crew akan membongkar set atau latar belakang dari bentuk rumah menjadi hutan. Akan banyak pohon, satwa dan lain lain. Hal ini berlaku pula bagi kehidupan. Anda adalah pemeran yang ada dalam sebuah adegan yang terjadi saat ini, sekaligus juga sebagai penulis skenario. Ketika adegan selesai dan berganti adegan lain, anda harus membongkar set dan membangun set baru sesuai adegan yang akan dimainkan sesuai skenario yang anda tulis.

Namun dalam kehidupan, tidak ada crew yang akan membongkar dan membangun set selain anda sendiri. Crew anda adalah pikiran, energi, dan rasa yang jika digabung menjadi daya cipta. Untuk mengarahkan masa depan anda sesuai skenario yang anda tulis, yang harus dilakukan bukan bekerja, namun menciptakan set atau latar belakang sedetail detailnya, senyata-nyatanya dengan pikiran, energi, dan rasa anda. Lalu setelah itu alam semesta akan memberikan pilihan yang harus anda pilih. Jika pikiran, energi, dan rasa anda telah benar, sebenarnya pilihan itu hanyalah jalan berbeda yang menuju ke tujuan sama. Bisa jadi satunya mulus satunya terjal  Namun tujuan bisa bergeser saat di tengah jalan nanti anda tidak konsisten dalam menerapkan pikiran, energi, dan rasa. Jadi di jalan yang anda pilih tadi anda harus konsisten. Semua hanya anda jalani. Ketika anda harus bekerja, itu adalah sarana untuk menjalani proses menuju tujuan anda. Bekerja di sini berbeda dengan bekerja di awal. Bekerja di sini adalah proses menjalani tanpa ada dorongan keinginan untuk mengubah sesuatu, sementara bekerja di awal tulisan tadi adalah usaha untuk bergerak dengan didorong oleh kemauan atau keinginan untuk mengubah, akibat ketidakpuasan atau kekhawatiran.

Apakah mungkin kita menuliskan skenario masa depan kita sendiri?Bukankah itu takdir?Tentu saja mungkin. Anda harus memahami bedanya takdir dengan nasib. Takdir kita adalah menjalani kehidupan, lahir, mati, dan seterusnya. Namun Sang Sumber Kehidupan memberikan kita wewenang untuk menentukan arah masa depan kehidupan yang kita jalani. Seperti juga air, takdirnya mengalir ke lautan. Namun nasibnya berbeda dalam perjalanan menuju lautan. Ada yang mengalir di sungai, danau, sumur dan kemudian kita minum. Namun tujuannya sama, semua nantinya akan tetap mengalir ke lautan.

Demikian pula hidup kita. Mati adalah takdir, namun sebelum mati, anda diperkenankan mengatur kehidupan anda sendiri termasuk masa depan. Namun uniknya masa depan yang anda inginkan hanya terwujud dengan cara mengalir, dan menjalani kehidupan apa adanya. Justru dengan mengalir itulah anda akan memiliki energi luar biasa untuk menggerakkan daya cipta akan masa depan. Mengapa?Karena setiap penolakan, penyangkalan, dan pemberontakan terhadap apa yang kita jalani akan memakan energi yang luar biasa besar, sehingga energi yang tersisa untuk daya cipta menjadi sangat sedikit. Bukankah air yang mengalir pada alur sungai tidak membutuhkan banyak energi dibandingkan ketika air tersebut ingin membelokkan alur sungai dan membentuk alur baru? Maka simpan energi anda untuk daya cipta, alih-alih bekerja keras karena didorong oleh emosi dan rasa tidak puas serta perlawanan terhadap kondisi hidup anda sekarang. Maka itulah mereka yang bersyukur atas apa yang dijalani dan dimiliki sekarang, memiliki potensi jauh lebih besar untuk mewujudkan sesuatu, dibandingkan mereka yang mati-matian bekerja karena ketidakpuasan atas kehidupan.

"Akan Aku tambahkan nikmat bagi mereka yang bersyukur...."