Insomnia

 

Banyak orang bisa membeli rumah besar dengan tempat tidur mewah, namun tidak bisa tidur nyenyak di atasnya. Ironi ini banyak kita jumpai di balik dinding rumah-rumah mewah dan  apartemen-apartemen menjulang tinggi di langit kota-kota besar. Tidur nyenyak menjadi permasalahan pelik bagi sebagian manusia.

Suatu hari, seorang pejabat bercerita, ia baru saja pulang berobat dari Singapura untuk mengobati insomnia parah yang dideritanya. Dengan segala macam peralatan berteknologi canggih, dokter-dokter di sana berusaha mengobati masalah tidak bisa tidur pejabat tersebut. Setelah pengobatan itupun, si pejabat harus menjalani beberapa kali check up, yang artinya ia harus bolak balik Jakarta-Singapura, hanya untuk bisa tidur!

Namun di lain hari, ketika melintasi sebuah jalan protokol di Jakarta yang macet. Perhatian saya tertuju pada seorang pemulung yang tidur nyenyak di kolong jembatan tol yang berdiri kokoh di samping mobil saya. Dengan hanya beralaskan koran, pemulung itu benar-benar tidur nyenyak berbantal kardus-kardus bekas yang sepertinya baru saja ia kumpulkan. Gerobaknya yang berisi tumpukan kardus-kardus bekas, ia parkir begitu saja di pinggir jalan.

Permasalahannya ternyata bukan terletak pada kemewahan rumah atau kasurnya. Nyatanya insomnia tidak hanya terjadi di kalangan orang berduit saja, namun juga kalangan ekonomi bawah. Kebanyakan pikiran, kata orang-orang. Namun kesimpulan yang menyamaratakan ini lantas menjadi pembenaran agar jangan sampai banyak pikiran, namun tidak ada cara dan solusi bagaimana caranya agar tidak banyak pikiran?

Hanya ada dua jenis manusia yang tidak memiliki pikiran : zombi dan manusia mati. Selebihnya jika manusia masih bernyawa, pikiran akan selalu ada, karena pikiran adalah perangkat tubuh untuk hidup. Pikiran adalah hasil kinerja otak yang menganalisa semua data yang masuk dari panca indera kita. Data itu digunakan untuk memberikan signal kepada tubuh kita, tentang kejadian yang sedang dijalani tubuh kita. Hasilnya adalah antisipasi tindakan apa yang akan dilakukan tubuh untuk bertahan hidup. Bertahan hidup adalah insting purba spesies manusia yang masih eksis hingga sekarang.