Kehidupan adalah Proses

Sesi pengajaran malam itu diawali guru dengan pertanyaan kepada para siswa.

"Apa yang dimaksud kelahiran, kehidupan, dan kematian?Apakah kelahiran, kehidupan, dan kematian adalah peristiwa tunggal?"

Para siswa terdiam, tidak ada satupun yang berani menjawab pertanyaan paling dasar mengenai kehidupan tersebut.
Guru terdiam selama beberapa saat, memperhatikan para siswa yang terdiam, lalu tersenyum hangat.
"Banyak manusia yang menganggap kelahiran, kehidupan, dan kematian adalah peristiwa tunggal. Itulah yang membuat banyak manusia mengalami ketakutan yang tak beralasan. Tahukah kalian jika yang kita sebut kehidupan ini adalah proses menuju kematian? Kematian bukanlah terjadi dalam satu waktu, namun sebuah proses panjang. Sejak manusia dilahirkan, sejak itulah proses kematian mulai berlangsung. Sama seperti kehidupan yang berlangsung selama beberapa waktu bahkan tahun, maka kehidupan itu sendiri adalah proses menuju kematian. Sementara sama dengan kehidupan dan kematian, kelahiran juga sebuah proses yang tidak tunggal. Proses yang bernama kelahiran berlangsung sejak pembuahan di dalam rahim ibu, dan berlangsung kurang lebih sembilan bulan lamanya. Kelahiran bukan hanya saat tubuh seorang bayi keluar dari perut ibu saja.."

Guru melihat Danang Aji dan kawan-kawan manggut-manggut mencoba mencerna kata demi kata dari guru yang harus dipahami pelan-pelan.

"Kematian hanyalah konsep buatan manusia saja. Bagi manusia yang hidup di alam kita sekarang, kematian berarti pergi..lenyap...mati. Namun bagi manusia yang mati, kematian bukanlah kepergian, namun kelahiran di alam yang berbeda. Mereka yang mati juga sedang terlahir kembali. Maka jika disederhanakan, tidak ada kelahiran dan kematian. Semua adalah kehidupan. Lihatlah ulat-ulat yang menjadi menjadi kepompong untuk kemudian berubah menjadi kupu-kupu. Apakah ulat bisa disebut mati?Apakah kepompong bisa disebut mati?Apakah kupu-kupu bisa disebut lahir?Ulat adalah kepompong, sekaligus kupu-kupu. Ulat hanya berubah bentuk saja.
Kalian lihat bunga Kenikir di pinggir sawah itu? Dia tumbuh dari biji yang jatuh dari bunga induknya. Lalu ia tumbuh, berkembang, dan layu. Namun sebelum layu, ia merontokkan benih-benih dari bunganya ke tanah, dan menjadi bibit-bibit kenikir baru yang segera tumbuh..
Itulah kehidupan...Tidak pernah terputus oleh kematian.."