Menikmati Realitas Sebenarnya

Sore itu jelang matahari terbenam, seiring kepak sayap burung-burung putih yang terbang pulang ke sarang di dusun sebelah, aku berjalan di tepi pematang sawah yang sedang hijau-hijaunya.

Langit semburat merah, melukis hangat sore itu. Beberapa kumbang yang hinggap di daun pepohonan, diam tak bergerak seakan bermeditasi menyambut sore yang memerah.

Indah sekali..
namun pikiranku terlalu sibuk untuk mencari tempat dimana aku harus mengabadikan momen menakjubkan itu. Begitu sibuknya aku mengabadikan keajaiban alam itu dengan kamera ponsel yang sengaja aku bawa dari rumah. Tiba-tiba, seekor burung putih hinggap di dahan pohon tak jauh dari tempatku berdiri. Burung itu diam terpaku seolah mematung menatap senja merah. Terbias warna jingga di bulu putihnya.

Lalu tiba tiba aku diam, dan bertanya kepada diriku sendiri, 
"Apa yang sedang kau lakukan?Memotret keindahan senja, sementara keindahan itu terbentang di hadapanmu?"
"Apakah senja ingin kau nikmati dari sebuah foto di media sosial?"
"Atau ingin kau nikmati sekarang?"

Lalu aku melihat kumbang kecil dan burung putih itu masih terdiam, seolah merayakan keindahan yang sedang terjadi. Kemudian kumasukkan ponsel ke dalam tas kecilku, dan duduk di satu tempat agak lapang di pinggir sawah. Akupun duduk bermeditasi, membuka mataku dan menikmati senja merah dalam keheningan pikiran.
Hanya menikmati saja....

Waktu terasa berhenti saat itu, ketika aku melihat matahari pelan-pelan terbenam di cakrawala barat. Aku sadar, banyak sekali keajaiban sederhana yang aku lewatkan dalam kehidupanku. Mungkin tidak hanya aku..banyak orang orang di luar sana yang sibuk mengabadikan keindahan, namun lupa menikmatinya saat itu juga. Lalu dengan bangga mereka memamerkannya di media sosial seolah olah apa yang ada di foto itu nyata.

Ternyata menikmati realitas itu lebih indah. Ada rasa membuncah yang tak bisa dijelaskan dibanding hanya memotret dan melihat hasilnya dalam sebuah foto. Ada sebuah penyerahan diri terhadap kehidupan...
Senja sore itu pasti berbeda dengan senja hari berikutnya.
Kita hanya bisa menikmatinya sekali dalam hidup, karena hari esok sudah berbeda dengan hari ini.
Maka kuteruskan duduk diam hingga senja benar benar pergi...

"Gusti...matur sembah nuwun......."