Dendam

Mereka yang masih menyimpan dendam adalah mereka yang hidup di masa lalu. Dendam muncul karena sesuatu yang didapat tidak sesuai dengan keinginannya. Sebelum dendam muncul, terlebih dahulu muncul rasa kecewa. Lalu setelah itu muncul amarah, yang selanjutnya barulah muncul dendam. Emosi tidak selalu tunggal. Ia seperti petasan renteng, yang jika meledak satu, akan memicu ledakan yang lainnya.

Maka mengatasi dendam tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dalam tradisi Jawa ada istilah ngoncek-i atau mengupas satu persatu. Mereka yang ilmunya telah tinggi, akan mengupas dan menganalisa satu persatu emosi yang muncul, mengapa muncul dan apa penyebabnya. Sama seperti anda mencabuti rumput liar, selama akarnya masih tertinggal, rumput itu akan terus tumbuh. Begitulah emosi. Emosi tidak tunggal, bisa jadi ada emosi lain yang menyebabkan satu emosi meledak.
Untuk membebaskan diri caranya adalah dengan mengupas satu persatu, dan menyadari siapa sebenarnya yang dirugikan atas sebuah peristiwa pahit yang menimpa kita. Apakah kita ataukah ego kita?

Emosi seperti awan mendung yang menutup cerahnya langit. Apakah langit menjadi hilang karena awan pekat?Tidak. Langit biru tetap ada, namun keberadaannya hanya tertutup awan gelap. Setiap emosi segera akan berlalu. Namun mengapa ada manusia yang terus menerus memelihara dendam?Karena ia selalu hidup di masa lalu di saat awan hitam menutupi langit. Padahal awan selalu akan berlalu dan langit menjadi cerah. Namun ia selalu menganggap awan itu tetap ada sehingga kebijaksanaan dan cinta kasihnya hilang tertutup awan emosi. Maka lawannya badai dendam hanya tiga : menerima apa adanya, sadar akan saat ini, dan mengupas satu persatu emosi yang menyebabkan dendam. Memelihara dendam sama dengan memelihara penyakit berbahaya dari kecil hingga membahayakan nyawa anda.