Rasa

"Apa yang dilakukan untuk mencapai realisasi sunyata atau realitas sejati yang sebenar-benarnya?" Tanya Seruni kepada Danang Aji yang sedang duduk di teras, sembari menyeruput kopi panas buatan Seruni.


"Mempertajam rasa...."Kata Danang aji.

"Rasa yang seperti apa?Aku belum paham..." Tanya Seruni penasaran.

"Salah kaprah yang terjadi di kalangan kita adalah menyamakan rasa dengan emosi. Rasa berbeda dengan emosi. Rasa itu merasakan realitas, tidak hanya dengan panca indera, namun kesatuan dirimu. Rasa itu sadar, sadar itu merasakan. Contoh ketika aku menyeruput kopi ini, aku merasakan rasa pahit di lidahku. Namun aku juga merasakan tekstur air, serbuk kopi, masuknya air ke tenggorokanku, sampai bagaimana air melalui ususku sehingga perutku menjadi hangat. Itu lah rasa...bukan senang, sedih, kecewa, dan lain-lain. Senang, sedih, kecewa dan lain-lain itu emosi, bukan rasa. Rasa itu sangat halus dan sulit dijelaskan, hanya bisa dirasakan..."Kata Danang Aji.

"Lalu mengapa rasa menjadi penting dan menjadi jalan menuju keheningan sejati?"Tanya Seruni.

"Manusia banyak yang lupa kepada rasa, karena sibuknya pikiran. Untuk merasakan rasa, manusia harus mengendapkan pikiran. Mengendapkan, bukan menghilangkan karena selama hidup, pikiran selalu ada. Ketika pikiranmu mengendap, kamu bisa merasakan halusnya rasa. Dari mulai gerak organ tubuhmu, dinginnya tanah yang kau pijak, hangatnya matahari pagi ini, atau halusnya angin yang menerpa tubuhmu. Namun jika rasa mu semakin tajam, kamu akan bisa merasakan gerak yang lebih halus, seperti detak jantungmu, kembang kempisnya paru parumu, gerak oksigen yang kau hirup, getaran sayap lebah di pohon itu, atau gerakan pohon yang seperti diam itu. Jika rasamu lebih tajam lagi, kamu akan bisa merasakan gerak molekul tubuhmu, hingga gerak energi yang tak terdeteksi oleh panca inderamu yang terbatas. Jika rasamu semakin peka, kamu akan merasakan inti dari alam semesta. Itulah mengapa guru-guru bijak Jawa jaman dahulu menekankan pentingnya mengasah rasa. Karena rasa adalah gerbang menuju realitas sejati yang tak terjamah panca indera akibat sibuknya pikiran, sehingga rasa menjadi tumpul...."Kata Danang Aji

"Kamu tidak akan paham kecuali melatih rasamu sendiri. Segala macam yoga, meditasi, dan ibadah sejatinya adalah melatih rasa...."