Makna yang Semakin Pudar

Jaman ketika banyak orang berpuasa hanya karena kewajiban dan suasananya yang meriah.

Banyak yang tidak memahami caranya selain "katanya harus menahan nafsu dan emosi".
Lalu banyak yang berpuasa dengan cara menahan amarah...ya menahan...bukan berusaha mengerti darimana amarah muncul.
Banyak yang menahan perkataan buruk, namun batinnya sibuk menghakimi.
Banyak yang tafakur, berdzikir, dan sholat Tahajud di malam hari untuk mencari Lailatul Qadr, namun tidak memahami apa itu Lailatul Qadr.
Banyak yang menahan lapar dan haus di siang hari, namun berpesta ketika buka puasa tiba, seolah penderitaan bisa diatur awal dan akhirnya.
Banyak yang menderita lapar dan haus di siang hari, namun ia tidak tahu jika itu bukanlah penderitaan, melainkan seperti itulah makna hidup cukup. Ya..seperti itulah hidup seharusnya. Kamu tidak akan mati ketika seharian penuh tidak makan dan minum. Lalu mengapa banyak manusia takut lapar?Semua karena keinginan, dan keinginan muncul dari pikiran...
Semua karena pikiran...
Di situlah Ramadhan ada...melatih manusia untuk mengendalikan pikirannya, bukan nafsu dan emosinya. Karena nafsu dan emosi adalah produk pikiran. Kamu hanya perlu diam, ya benar...pikiranmu yang diam...kamu tetap bisa bekerja, belajar, dan bergerak. Maka ketika kamu memahami makna diam, kamu akan sekaligus memahami apa yang dimaksud Lailatul Qadr.

Maka berpuasalah ketika kamu tahu makna puasa dan mengapa berpuasa. Bukan hanya berpuasa karena bulan Ramadhan tiba. Bukan hanya karena diwajibkan. Dan bukan karena mencari pahala.
Berpuasalah karena dirimu ingin tahu Dirinya yang Maha Suci dan penuh Kasih yang telah mengijinkan kamu masih memiliki kesempatan untuk mengenal-Nya...
Di bulan Ramadhan, kamu akan belajar memahami Habluminannas atau dirimu sendiri, dan seharusnya di akhir Ramadhan kamu akan memahami Habluminallah..



Maka..inilah perjalananmu menggapai sunyi...