KEGELISAHAN SEORANG AYAH

Ketika hujan deras mengguyur di minggu siang, ada sebuah kegelisahan yang mungkin dirasakan oleh semua ayah di seluruh dunia. Sedikit-sedikit melihat keluar jendela. Ketika ada suara motor mendekat ke rumah, pikiran langsung menebak, apakah Mika anak saya sudah sampai di rumah?. Oh, ternyata bukan.. 
Dan kegelisahan pun terus berlanjut. Inilah rasanya menjadi seorang ayah dari dua anak yang beranjak dewasa. Ketika anak-anak tidak lagi hanya di rumah, dan tidak lagi kita antar jemput ketika keluar rumah. 
Ketika mereka sudah beranjak remaja, dan ingin pergi sendiri, saat itulah kegelisahan selalu ada, apalagi ketika situasi hujan deras di luar sana. Dilarangpun percuma, karena mereka telah memiliki kemauan sendiri. Untuk apa melarang  kecuali hal itu hanya akan membuat mereka terkekang dan tidak mandiri. Anak-anak memiliki hak untuk bebas. Orang tua hanya mengarahkan dan memberi nasehat saja. Karena hidup anak-anak bukan hidup orang tuanya. Mereka memiliki hak untuk hidup dengan caranya sendiri. Agar mampu hidup, mereka harus merasakan bagaimana kehidupan itu sendiri berlangsung.. 

Pikiran saya pun melayang ke tahun 93 dan ketika saya beranjak remaja. Saya bahkan lebih nakal karena ingin kemana-mana sendiri dengan motor tua saya. Biasanya bapak hanya menyarankan, 
"mbok nggak usah pergi.. di rumah saja.. Masih hujan...jalanan licin..". 
Namun sebagai remaja baru gedhe, saya membantah dan tetap pergi. Akhirnya bapak pun mengalah dan hanya berkata, 
"Yo wes... Yang penting hati-hati...". 

Tanpa memperdulikan kegelisahan bapak saya, saya pun tancap gas keluar. Belakangan setelah bapak meninggal di tahun 2010, ibu bercerita, bahwa ketika saya pergi keluar rumah, bapak selalu bertanya apa saya sudah pulang?. 
Ketika bapak mendengar ada suara motor mendekat ke rumah, ia langsung melongok di balik tirai jendela depan untuk melihat apakah suara itu adalah suara motor saya yang telah sampai ke rumah?. 
Ternyata bukan. 
Bapak pun kembali duduk di kursi kesayangannya dengan rasa cemas. “Kok Wawan durung bali?” Tanya bapak kepada ibu. Tentu saja ibu tidak punya jawaban selain berusaha menenangkan bapak. 

Hal itulah yang kini saya rasakan kepada anak saya. Sekeras-kerasnya saya mendidik Mika, anak sulung saya yang kini berusia 17 tahun, namun kegelisahan seorang ayah tak bisa disembunyikan. Mungkin ini hukum karma akibat dulu saya juga tidak pernah memperhatikan bapak yang selalu gelisah ketika saya pergi dari rumah. Namun meskipun gelisah, seorang bapak tidak mungkin melarang anaknya untuk pergi, karena ia tahu, di usia remaja seorang anak sedang berlatih terbang. Jika ia tidak pernah berlatih terbang, maka selamanya ia tidak akan menjadi burung yang terbang tinggi ke sudut-sudut bumi. Walau gelisah karena takut jatuh ketika belajar terbang, seorang ayah yang sudah mengarungi kehidupan yang penuh suka duka hanya akan berkata, "Yang penting hati-hati.... 

Di tengah kegelisahan, seorang ayah hanya berusaha meyakinkan dirinya, jika semesta pasti menjaga anaknya dimanapun juga, sehingga dimanapun sang anak akan selalu dilindungi dalam keselamatan dan kebaikan..